Sunday 23 January 2011

Media Pembelajaran

Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya.  Mulai yang paling sederhana dan murah hingga yang media canggih dan mahal harganya.  Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada pula media yang sudah tersedia di lingkungan, serta ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran.
Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang b iasa digunakan oleh guru di sekolah.  Beberapa media yang paling akrbab dan hamper semua sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku) dan papan tulis.  Selain itu, banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain seperti gambar, model, OHP dan objek-objek nyata. Sedangkan media lain seperti kaset audio, computer, VCD, film slide masih jarang digunakan meskpun sebenarnya sudah tidak asing lagi bagia sebagian besar guru.  Meskipun demikian, sebagai seorang guru alangkah baiknya mengenal beberapa jenis media pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar mendorong untuk mengadakan dan memanfaatkan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Ada berbagai cara dan sudut pandang untuk menggolong-golongkan jenis media.  Sebagai contoh adalah klsifikasi media pembelajaran yang dikemukakan oleh Henich dkk (1996 dalam Rahadi, 2004: 19) yang mengklasifikasikan media sebagai berikut.
a.   Media yang tidak diproyeksikan, yaitu media yang sering disebut media pameran atau diplayed media.  Jenis media ini yang tidak diproyeksikan antara sebagai berikut.
1)   Media realia, yaitu benda nyata yang digunakan sebagai baha natau sumber belajar.  Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya. 
Media realia sangat bermanfaat terutama bagi siswa yang tidak memiliki pengalaman terhadap benda tertentu.  Selain observasi dalam kondisi aslinya, penggunaan media realia juga dapat dimodifikasi.  Modifikasi media realia bias berupa: potongan benda (cuteways), benda contoh (specimen), dan pameran (exhibit).
2)   Media model diartikan sebagai benda tiruan dalam wujud tiga dimenasi yang merupakan representasi dari benda yang sesungguhnya.  Penggunaan model sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengatasi kendala tertentu untuk pengadaan realia.  Model suatu benda dapat dibuat dengan ukuran yang lebih besar, lebih kecil atau sama dengan benda yang sesungguhnya.
3)   Media grafis merupakan media visual yang menyalurkan pesan lewat simbol-simbol visual.  Media grafis juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah dilupakan jika hanya dijelaskan melalui penjelasan verbal saja.
Semua media grafis baik berupa gambar, sketsa bagan, grafik atau media visual yang lain harus dibuiat dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum, yaitu visible, interesting, simple, useful, accurate, legimate, dan structuires ((Rahadi, 2004: 23).
Media grafis banyak jenisnya, misalnya gambar, sketsa, bagan, diagram, grafik, poster, kartun, dan sebagainya.  Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis grafis tersebut.
a)      Gambar adalah media yang paling umum dipakai dalam pembelajaran.  Gambar sifatnya universal, mudah dimengerti, dan tidak terikat oleh keterbatasan bahasa.  Beberapa kelebihan media gambar antara lain: a) sifatnya konkret, b) dapat mengatasi batasan ruang, waktu dan indera, c) harganya relatif murah serta mudah dibuat dan digunakan dalam pembelajaran di kelas.
b)      Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail.  Sketsa dapat dibuat langsung oleh guru, karena itu harganya pasti murah.
c)      Diagram/skema merupakan suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol.  Diagram menggambarkan struktur dari objek tertentu secara garis besar.
d)     Bagan, berfungsi menyediakan ide-ide atau konsepsi yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa.  Bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu penyajian. Agar menjadi media yang baik, bagan hendaknya dibuat secara sederhana, lugas, tidak berbelit-belit dan up to date.

b.   Media proyeksi, yaitu media yang dalam penggunaanya harus diproyeksikan dengan menggunakan alat proyeksi, seperti OHP, film slide.  Penggunaan media ini dalam kurun dasawarsa terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan.  Artinya banyak guru, khususnya di perkotaan sudah tidak asing lagi menggunakan media traspransi.  Namun demikian, bukan bearti media ini tidak memiliki kelemahan.
Beberapa kelebihan media proyeksi, antara lain sebagai berikut.
1)      tidak memerlukan ruangan gelap;
2)      praktis;
3)      bisa disajikan dengan berbagai variasi yang menarik;
4)      dapat dipakai berulang-ulang;
5)      dapat digandakan.

Meskipun memiliki kelebihan media proyeksi juga memiliki kelemahan yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
1)      tergantung pada adanya aliran listrik;
2)      urutan penyajiannya mudah kacau;
3)      pengadaan peralatannya masih terasa mahal;
4)      tidak mudah untuk di bawa kemana-mana. (Tarigan , 1981: 27).
4.2.4  Penggunaan Media Gambar Seri dalam PBM
Baugh (dalam Sulaiman, 1998:30) mengemukakan tentang perbandingan peranan tiap alat indera kita. Semua pengalaman belajar yang dimiliki seseorang dapat dipersentasikan yaitu: 90% diperoleh melalui indera lihat, 5% melalui indera dengar, dan 5% melalui indera lain. Pengalaman belajar manusia sebanyak 75% diperoleh melalui indera lihat, 13% melalui indera dengar dan selebihnya indera lain.
Bertolak dari yang dikemukakan oleh para ahli di atas mengenai pengalaman belajar lebih banyak diperoleh melalui indera lihat, maka dalam proses belajar-mengajar diupayakan penggunaan media visual sebagai alat bantu penyampaian materi pelajaran. Dapat dikatakan bahwa penggunaan media dalam pengajaran khususnya media gambar akan sangat membantu mempercepat pemahaman atau pengertian dari murid sebagai peserta didik.
Keefektifan penggunaan alat bantu gambar dalam proses belajar-mengajar, dapat dilihat dari hasil penelitian Spaulding (dalam Soeparno, dkk, 1998:25) menguraikan tentang bagaimana siswa belajar melalui gambar, sebagai berikut: (1) gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat siswa secara efektif, (2) gambar harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat siswa menjadi efektif, dan (3) gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi teks yang menyertainya.
Gambar adalah alat bantu mengajar yang dapat dilihat dan merupakan alat yang dapat dipakai untuk menarik perhatian murid, juga untuk membuat pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak mudah dilupakan (Setiawani, 2004: 83). Dalam uraan berikut ini akan diperkenalkan berbagai macam bentuk/kreasi gambar yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh para guru dalam pembelajhara di dalam maupun di luar kelas.
a.   Kliping gambar (Daily Life Picture) merupakan kumpulan gambar-gambar majalah atau korang yang digunting dan dilekatkan pada kertas yang cukup tebal, dipakai sebagai bahan perumpamaan atau contoh (monster).  Media gambar klim,ping ini bermanfaat dalam 1) menceritakan perumapamaan atau kebernaran melalui gambar-gambar; 2) Mengarang perumpamaan hidup dengan bantuan gambar-gambar; dan 3) Pada saat mengadakan diskusi tentang suatu kasus, gambar digunakan untuk merangsang pikiran murid.
b.  Gambar flanel (flannel picture). Pada saat menggunakan gambar flanel, perhatikanlah beberapa hal penting berikut. 1) Jelaskan terlebih dahulu teori tentang flanel, dan bagaimana gambar-gambar tersebut dapat melekat pada papan flanel, 2) Sebelum mengajar susunlah gambar menurut urutannya dengan baik, 3) Tempelkan pada posisi yang tepat, 4) Bercerita sambil menempelkan gambar, dan 5) Gunakan gambar yang lengkap untuk mengajukan pertanyaan, membantu murid untuk belajar , serta 6) pada waktu aktivitas, biarkan murid sendiri yang menempel gambar, untuk mengulang cerita yang sudah pernah didengarnya.
c.   Gambar seri cerita (flash card). Flash card adalah rangkaian cerita bergambar yang bersifat membangun, yang dapat dibeli di toko-toko buku. Setelah menjelaskan isi gambar, gunakanlah cerita perumpamaan yang terdapat dalam flash card untuk menghubungkan kebenaran dengan kehidupan murid sehari-hari.
d.  Gambar sketsa (freehand drawing). Guru dapat menggunakan gambar sketsa yang sederhana, namun harus menggambar pada saat bercerita. Jika tidak mahir sehingga menghabiskan banyak waktu, lebih baik tak usah digunakan. Bila perlu, boleh dicoba dulu di atas kertas. Pada saat menggambar tidak perlu terlalu mementingkan rinciannya.
Gambar gulungan, kotak televisi, kotak slide (scroll, TV Box, dan slide box).  Gambar-gambar yang sudah siap, dirangkaikan dan digulung pada dua batang kayu, sambil bercerita gulungan dibuka perlahan-lahan. Bisa dibuat kotak yang berbentuk televisi, lalu letakkan gulungan gambar tadi dalam kotak tersebut (lihat contoh di bawah), kemudian bercerita sambil memutar gulungan itu, atau bisa juga melekatkan setiap lembar gambar pada kertas karton, lalu dimasukkan ke dalam kotak slide, sambil bercerita menukar gambar
4.1      Konsep Media Belajar
4.3.2    Pengertian Media
Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Dalam dunia pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yaitu guru, sedangkan penerima informasinya adalah siswa. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah kemampuan yang perlu dikuasai oleh para siswa.  Bloom (dalam Rahmanto, 1998:14) mengemukakan bahwa kemampuan tersebut dikelompokkan menjadi tiga ranah (domain) yang kemudian dikenal dengan istilah “taksonomi”, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Dalam setiap proses belajar-mengajar antara guru dan siswa mempunyai tujuan yang sama, yaitu siswa mengalami perubahan yang positif dan sebelum proses belajar-mengajar dilalui dan sesudah proses belajar-mengajar berlangsung meskipun ada perbedaan-perbedaan yang terdapat antara setiap siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Perbedaan itu dapat terjadi pada tingkat keterampilan kognitifnya, dapat terjadi pada cara siswa menangkap pengetahuan yang baru, dan dapat pula pada tingkat keterampilan motoriknya.
Kalau guru bertolak dari pemahaman bahwa penggunaan media dalam proses belajar-mengajar bertujuan untuk memudahkan siswa belajar, maka dalam penggunaan media harus juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan pada diri setiap siswa. Banyak ahli telah mengemukakan teori tentang proses belajar-mengajar anak seiring dengan pertumbuhan mentalnya. Dalam proses belajar mengajar salah satu tugas utama guru adalah membangkitkan minat belajar siswanya.
Dengan mengetahui prinsip-prinsip pemilihan media, maka pertimbangan pokok dalam memilih media, terdiri atas beberapa kriteria sebagai berikut: (a) media yang dipilih hendaknya selalu menunjang tercapainya tujuan pengajaran; (b) media yang dipilih hendaknya selalu disesuaikan dengan kemampuan siswa; (c) media yang digunakan hendaknya tepat guna; (d) media yang dipilih hendaknya memang tersedia, artinya alat/bahannya atau tersedia waktu untuk mempersiapkan dan mempergunakannya; (e) media yang dipilih hendaknya disenangi oleh guru dan siswa; (f) persiapan dan penggunaan media hendaknya disesuaikan dengan biaya yang tersedia; (g) kondisi fisik lingkungan, turut mempengaruhi media. Olah karena itu, perlu diperhatikan baik-baik kondisi lingkungan pada saat merencanakan penggunaan media.

4.2.2  Pola Penggunaan Media

Guru harus mamahami tentang pola penggunaan media yang tepat. Pola penggunaan media yang dimaksud, yaitu sebagai berikut.
a.   Pola Penggunaan Media di Dalam Kelas
Media ini digunakan dengan tujuan untuk menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Karena itu dalam merencanakan penggunaan media, guru harus mempertimbangkan tujuan pengajaran, materi pengajaran, dan strategi pengajaran. Ada beberapa hal yang harus dipikirkan pada penggunaan media tersebut yaitu (1) media yang digunakan harus transparansi dan tersedia, (2) teknik atau metode yang digunakan oleh guru harus sesuai, dan (3) memperhatikan kondisi kelas yang digunakan dalam proses belajar-mengajar (Budinuryanta, 1998: 15).
b.   Pola Penggunaan di Luar Kelas
Pola ini dapat ditemukan pada beberapa contoh kasus seperti dalam pengajaran Senam Kesegaran Jasmani (SKJ). Hal ini tidak hanya di sekolah diterapkan bahkan pada kelompok masyarakat di luar pun menggunakan hal seperti itu. Pemakaian media seperti ini, dapat berlaku kapan saja, tergantung kepada tujuan yang hendak dicapai pemakainya.
c.   Prosedur Penggunaan Media Pengajaran
Telah diuraikan sebelumnya bahwa media pengajaran seharusnya dipilih secara sistematik, agar dapat digunakan secara efektif dan efisien. Menurut Budinuryanta (1998:17) mengemukakan bahwa ada tiga langkah pokok dalam prosedur penggunaan media pengajaran yang perlu diikuti yaitu (1) persiapan, (2) pelaksanaan (penyajian dan penerimaan) dan (3) tindak lanjut. Ketiga langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1)   Persiapan
Langkah ini dilakukan sebelum menggunakan media. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penggunaan media dapat dipersiapkan dengan baik, yaitu: (1) pelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah disediakan, kemudian diikuti di dalamnya, (2) siapkan peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media yang dimaksud, (3) tetapkan apakah media tersebut digunakan secara individual atau kelompok, dan (4) atur tatanannya, agar peserta dapat melihat, dan mendengar pesan-pesan pengajarannya dengan baik.
2)   Pelaksanaan (Penyajian)
Satu hal yang perlu diperhatikan selama menggunakan media pengajaran yaitu hindari kejadian-kejadian yang dapat mengganggu ketenangan, perhatian, dan konsentrasi peserta.
3)   Tindak Lanjut
e.   Kegiatan ini bertujuan untuk memantapkan pemahaman peserta terhadap pokok-pokok materi atau pesan pengajaran yang hendak disampaikan melalui media tersebut. Selanjutnya, pada beberapa media yang dilengkapi dengan alat evaluasi, maka langkah ini dimaksudkan pula untuk melihat tercapai atau tidaknya tujuan yang ditetapkan. Kegiatan tindak lanjut ini umumnya ditandai dengan kegiatan diskusi, tes, percobaan, observasi, latihan, remediasi, dan pengayaan.


1 comment:

  1. materinya saya ambil pak jadi bahan pembelajaran,,,,

    ReplyDelete