Sunday 13 February 2011

KEBERADAAN ALIEN

Ilmuwan Harvard: Alien Tidak Ada
"Lingkungan mereka sangat kejam untuk sebuah kehidupan."
Senin, 24 Januari 2011, 15:00 WIB
Gambaran tentang planet alien, HIP 13044b (ESO/L. Calçada)

VIVAnews  -- Kemunculan crop circle di Sleman Yogyakarta membuat heboh masyarakat. Bahkan, tak sedikit yang menghubung-hubungkannya dengan kedatangan UFO (unidentified flying object) yang berkaitan dengan mahluk angkasa luar atau alien.

Sementara di belahan bumi lain, tepatnya di Amerika Serikat, seorang ilmuwan terkemuka telah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar tidak ada alien di luar sana. Itu artinya, manusia sendirian dan tak perlu buang waktu untuk berusaha menjalin kontak dengan mahluk hijau berkepala besar, misalnya.

Adalah ilmuwan senior dalam bidang astrofisika dari Universitas Harvard, AS, Dr Howard Smith yang meyakini sangat kecil kemungkinan bagi kita, manusia, untuk menemukan alien. Kalaupun iya, hampir tak masuk akal untuk membuat kontak dengan mereka.

Penemuan 500 planet di luar tata surya atau sistem ekstrasolar yang mirip Bumi, tak lantas membuat kemungkinan bertemu alien makin besar.
Menurut Smith, planet-planet tersebut terlalu dekat dengan matahari mereka atau sebaliknya, terlalu jauh. Itu artinya, kalau tidak panas ekstrim, planet-planet itu terlalu dingin untuk mendukung adanya kehidupan. Selain itu, orbit yang tidak beraturan akan membuat temperatur tidak menentu. Itu artinya, air tak mungkin ada.

"Kita telah menemukan sebagian besar planet lain sangat jauh berbeda dengan Bumi. Juga tata surya kita. Lingkungan mereka sangat kejam untuk sebuah kehidupan," kata Smith seperti dimuat Daily Mail, Senin 24 Januari 2011.

"Informasi yang kita dapatkan mendukung fakta bahwa kita secara efektif sendirian di alam semesta."

Apa yang disampaikan Smith bertolak belakang dengan astrofisikawan, Stephen Hawking.

Menurut Hawking, ada ada miliaran galaksi di luar sana. Itu membuat keberadaan bentuk kehidupan lain selain manusia, menjadi rasional.

Demikian juga peneliti dari University of London. Baru-baru ini mereka mengeluarkan analisa bahwa ada 40.000 planet yang mingkin jadi dunia para alien.

Namun, untuk Smith, estimasi Hawking maupun penelitian University of London terlalu optimistis. "Harapan untuk melakukan kontak dengan mahluk asing dibatasi gelembung kecil angkasa di sekitar Bumi. Mungkin mencapai 1.250 tahun cahaya dari planet. Alien tak akan mungkin menerima sinyal dari Bumi dan membalas sinyal itu."

"Jeda komunikasi akan makan waktu puluhan tahun atau bahkan abad."

GALAKSI TERTUA DITEMUKAN

Teleskop Hubble Temukan Galaksi Tertua
Berdasarkan kalkulasi, diperkirakan galaksi ini lahir 480 juta tahun setelah Big Bang.
Kamis, 27 Januari 2011, 13:07 WIB


UDFj-39546824, galaksi tertua yang lahir 480 juta tahun setelah Big Bang. (n24.de)

VIVAnews - Teleskop ruang angkasa Hubble telah mendeteksi sebuah galaksi baru. Galaksi ini merupakan galaksi tertua yang pernah terdeteksi. Ukurannya yang kecil juga berpotensi menyimpan petunjuk bagaimana bintang terbentuk saat alam semesta masih berusia muda.

Setitik cahaya kecil dari galaksi itu yang berhasil ditangkap oleh telescop Hubble yang mengorbit di Bumi membutuhkan 13,2 ribu juta tahun untuk mencapai Bumi. Artinya, galaksi tersebut hadir sekitar 480 juta tahun setelah Big Bang terjadi.

Meski terdapat kemungkinan bahwa masih ada galaksi lain yang lebih tua dibanding galaksi yang baru ditemukan ini, akan tetapi, menurut para astronom, ia hanya bisa dideteksi oleh sensor generasi mendatang yang akan hadir di teleskop penerus Hubble.

“Kita sudah semakin dekat untuk mendapati galaksi pertama yang diperkirakan terbentuk 200 sampai 300 juta tahun setelah Big Bang,” kata Garth Illingworth, profesor astronomi dan astrofisika dari University of California, Amerika Serikat.

Galaksi ini, kata Illingworth, seperti dikutip dari Cosmosmagazine, 27 Januari 2010, berusia jauh lebih tua dibanding galaksi yang sudah ditemukan sebelumnya.

“Kami menghabiskan waktu uji coba selama berbulan-bulan untuk memastikan. Kini kami cukup yakin bahwa inilah galaksi tertua yang pernah ditemukan,” kata Illingworth. “Jika dibandingkan dengan galaksi Bima Sakti kita, ukuran galaksi ini 100 kali lebih kecil,” ucapnya.

Sama seperti pesatnya jumlah bintang yang ditemukan, demikian pula dengan jumlah galaksi. Fakta ini mendukung teori bahwa terbentuknya galaksi ditempa oleh daya tarik gravitasi oleh apa yang disebut dengan dark matter.
Sebagai informasi, astronom mengukur usia bintang menggunakan apa yang disebut dengan redshift. Semakin jauh sinar tersebut berjalan, semakin panjang dan semakin merah menjadi panjang gelombangnya.

Angka redshift yang tinggi mengindikasikan bahwa objek yang memancarkan sinar tersebut berusia tua karena cahaya yang dipancarkan telah menempuh miliaran tahun cahaya untuk tiba di bumi, setelah melewati alam semesta yang terus meluas.

Adapun galaksi yang baru ditemukan itu, yakni UDFj-39546824, ditemukan di sebuah sektor langit berukuran seujung jari yang disebut Hubble Ultra-Deep Field. Ia ditemukan saat Hubble melakukan pemindaian selama 87 jam pada tahun 2009 dan 2010 lalu.

Setelah ditemukan, astronom kemudian menghitung redshift yang ada dan nilainya mencapai 10,3. Galaksi tertua yang ditemukan Oktober lalu oleh sekelompok astronom internasional hanya memiliki nilai redshift sebesar 8,6.

Temuan galaksi baru ini dimungkinkan oleh Wide Field Camera 3 yang dipasang di Hubble Space Telescope oleh astronot NASA pada Mei lalu. Kamera baru itu mendongkrak kemampuan Hubble setidaknya 30 persen dibanding sebelumnya.

Akan tetapi, kemampuan menangkap redshift hingga 10,3 tampaknya merupakan batas maksimal. Untuk menangkap redshift lebih dari itu, astronom tampaknya membutuhkan James Webb Space Telescop yang baru akan diluncurkan NASA pada 2014 mendatang.(umi)
• VIVAnews

GALAKSI ANDROMEDA MAKIN MENDEKATI BUMI

Andromeda, Galaksi Rakus Makin Mendekat
Andromeda dan Bima Sakti saling mendekat dengan kecepatan 120 kilometer per detik.
Selasa, 1 Februari 2011, 16:49 WIB
Muhammad Firman
Bima Sakti dan Andromeda sebelum bertubrukan (atas) dan setelah bergabung (bawah). (7coolist.com)

VIVAnews - Andromeda, galaksi besar yang menjadi tetangga galaksi kita diketahui merupakan kanibal luar angkasa. Hingga tumbuh besar seperti sekarang ini, ia telah memakan galaksi lain yang terbang terlalu dekat dengannya. Yang menarik, Andromeda kini semakin mendekat.

Seperti diketahui, Andromeda dan galaksi kita, Bima Sakti, merupakan dua galaksi raksasa di lingkungannya. Andromeda juga merupakan galaksi raksasa terdekat. Jaraknya hanya sekitar 2,5 juta tahun cahaya. Satu tahun cahaya sendiri berjarak sekitar 9,4 triliun kilometer.

Seperti dikutip dari Msnbc, 1 Februari 2011, Bima Sakti dan Andromeda saling mendekat dengan kecepatan sekitar 120 kilometer per detik dan akan bertabrakan.

Namun demikian, jaraknya yang sangat jauh membuat tabrakan super raksasa ini baru akan terjadi sekitar 3 miliar tahun yang akan datang. Lalu, apakah bumi akan hancur?

Untuk mengetahuinya, astronom menggunakan simulasi superkomputer dan mengkalkulasikan salah satu skenario yang mungkin terjadi saat Andromeda dan Bima Sakti saling beradu.

Video simulasi yang dibuat menggunakan 100 juta partikel virtual. Film yang dibuat menyoroti ruangan dengan sudut pandang selebar sekitar 10 miliar miliar kilometer. Adapun durasi waktu yang direkam oleh simulasi komputer itu mencapai 1 miliar tahun.

“Diperkirakan, bintang-bintang di kedua galaksi, termasuk matahari milik tata surya kemungkinan besar tidak akan saling bertubrukan,” kata John Dubinski, astronom dari Canadian Institute for Theoretical Astrophysics, University of Toronto.

Namun demikian, kata Dubinski, gaya gravitasi milik kedua galaksi kemungkinan akan saling menarik, saling berpelintir, dan membelokkan, hingga setelah satu miliar tahun kemudian, galaksi berbentuk elips yang merupakan kombinasi dari Andromeda dan Bima Sakti lahir.

Setelah penggabungan Andromeda dan Bima Sakti tersebut selesai, proses itu akan menyisakan puing-puing berserakan di antariksa.

Seperti diketahui, sebelum ini, Andromeda menelan galaksi kecil bernama Triangulum. Sekitar 3 miliar tahun lalu, Triangulum bergerak terlalu dekat dengan Andromeda. Bintang-bintang miliknya kemudian dilucuti dan ditarik masuk ke dalam oleh gaya gravitasi raksasa yang dimiliki Andromeda. 
• VIVAnews

GALAKSI BIMA SAKTI VS ANDROMEDA

Galaksi Bima Sakti dan Andromeda akan Bertabrakan
Tabrakan dua galaksi tersebut akan terjadi dalam waktu 3 miliar tahun yang akan datang.
Rabu, 2 Februari 2011, 15:16 WIB
Muhammad Firman
Citra galaksi andromeda berdasarkan pantauan satelit NASA. (AP Photo/NASA, ESA)

VIVAnews - Galaksi Andromeda dan galaksi Bima Sakti tempat planet Bumi berada merupakan dua galaksi raksasa yang bertetangga. Keduanya hanya terpisah jarak 2,5 juta tahun cahaya atau sekitar 18,8 triliun kilometer.

Sebelumnya, galaksi Andromeda memiliki ukuran lebih kecil. Namun sepanjang perjalananan hidupnya, galaksi itu “memakan” sejumlah galaksi kecil yang terbang di dekatnya akibat besarnya gaya gravitasi yang dimiliki. Akhirnya ukuran Andromeda kurang lebih sama besar dengan Bima Sakti.

Yang menarik, seperti dikutip dari Msnbc, 2 Februari 2011, saat ini galaksi Bima Sakti dan Andromeda saling mendekat dengan kecepatan sekitar 120 kilometer per detik dan akan bertabrakan.

Namun, jaraknya yang masih sangat jauh membuat tabrakan super raksasa ini baru akan terjadi sekitar 3 miliar tahun yang akan datang. Lalu, apakah bumi akan hancur? Untuk mengetahuinya, astronom menggunakan simulasi superkomputer dan mengkalkulasikan skenario yang mungkin terjadi saat Andromeda dan Bima Sakti saling beradu.

Video simulasi yang dibuat menggunakan 100 juta partikel virtual. Film yang dibuat menyoroti ruangan dengan sudut pandang selebar sekitar 10 juta triliun kilometer. Adapun durasi waktu yang direkam oleh simulasi komputer itu mencapai 1 miliar tahun.

Pada video, galaksi Bima Sakti datang dari arah bawah dan Andromeda dari atas.

“Diperkirakan, bintang-bintang di kedua galaksi, termasuk matahari milik tata surya kemungkinan besar tidak akan saling bertubrukan,” kata John Dubinski, astronom dari Canadian Institute for Theoretical Astrophysics, University of Toronto.

Namun demikian, kata Dubinski, gaya gravitasi milik kedua galaksi kemungkinan akan saling menarik, saling berpelintir, dan membelokkan, hingga setelah satu miliar tahun kemudian, galaksi berbentuk elips yang merupakan kombinasi dari Andromeda dan Bima Sakti lahir.

Setelah penggabungan Andromeda dan Bima Sakti tersebut selesai, proses itu akan menyisakan puing-puing berserakan di antariksa. (Haydenplanetarium.org/Edliadi)
• VIVAnews

TATA SURYA BARU

NASA Temukan Tata Surya Baru
Dua planet yang lebih dekat ke bintangnya diperkirakan memiliki atmosfir mengandung air.
Jum'at, 4 Februari 2011, 11:56 WIB
Muhammad Firman
Ukuran planet Kepler 11b sampai 11g (nationalgeographic.com)

VIVAnews - Kepler, obeservatorium luar angkasa milik NASA menemukan sistem tata surya yang terdiri dari enam buah planet mengitari bintang serupa Matahari. Oleh sejumlah astronom, planet-planet itu disebut sebagai mini Neptunus.

Lima planet baru itu mengorbit dekat dengan mataharinya (Kepler 11), lebih dekat dibandingkan dengan jarak Matahari ke planet Merkurius milik tata surya kita. Adapun planet keenam berada di jarak yang lebih jauh. Kurang lebih berjarak sama dengan jarak Matahari ke Venus.

“Ini merupakan sistem planet yang sangat rapat,” kata Jonathan Fortney, astronom dari Lick Observatory, University of California, Santa Cruz, seperti dikutip dari National Geographic, 4 Februari 2011.

Planet-planet tersebut (diberi nama Kepler 11b sampai Kepler 11g), kata Fortney, berukuran relatif kecil, mulai dari 2 hingga 4,5 kali ukuran Bumi. Selain itu, planet baru yang ditemukan juga ternyata sangat ringan. “Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar planet-planet itu terdiri dari gas,” ucapnya.

Dari penelitian, diketahui bahwa empat dari enam planet itu memiliki atmosfir tebal yang mengandung hidrogen dan helium.

Dua planet yang lebih dekat ke bintangnya memiliki densitas yang lebih tinggi. Diperkirakan, kedua planet ini memiliki atmosfir yang sebagian besar terdiri dari air, dan hanya sedikit hidrogen dan helium.

“Dapat menemukan banyak planet milik sebuah bintang dan dapat mengkalkulasikan kandungan planet itu merupakan anugerah ilmiah,” kata Fortney. “Sama seperti paleontologis yang mempelajari spesies dinosaurus, astronom bisa melihat banyak dunia lain yang lahir bersamaan untuk lebih memahami transformasi planet-planet,” ucapnya.

Kini, kata Fortney, kita bisa melakukan perbandingan ilmiah. “Kita bisa memperkirakan bagaimana evolusi planet-planet telah menyimpang sejalan dengan waktu,” ucapnya.
• VIVAnews

UFO DI ATAS BAITUL MAQDIS ?

Video: UFO Melintas di Atas Baitul Maqdis?
Video ini menunjukkan 'UFO' melintas di atas tempat Nabi Muhammad melakukan Isra Mikraj.
Jum'at, 4 Februari 2011, 17:36 WIB
Indra Darmawan
Ilustrasi piring terbang (Daily Mail)

VIVAnews - Sebuah rekaman video yang mengggemparkan beredar luas di internet. Video itu memperlihatkan adanya benda yang dicurigai sebagai benda terbang UFO yang melintas di atas Bait Al-Maqdis, Yerusalem, Jumat 28 Januari 2011 lalu.

Dari rekaman yang diambil pada malam hari itu, terlihat bahwa sebuah cahaya terang turun dari langit ke bagian atas bangunan Temple of the Rock (disebut juga dengan kubah batu atau Qubbat Al-Sakhrah). Tempat ini dipercaya umat Islam sebagai tempat di mana Nabi Muhammad melakukan Isra' Mikraj (perjalanan ke surga) dengan menumpang Bouraq.
Banyak yang meyakini kesahihan hasil rekaman ini, karena terdapat beberapa rekaman yang sama yang di ambil dari berbagai posisi. Namun, banyak pula yang menganggapnya hanya sekadar video rekayasa alias hoax.

Sebab, salah satu rekaman terlihat goyang dan patah-patah. "Jika memang itu pesawat luar angkasa, pesawat itu sangat kecil," kata Benjamin Radford, salah satu pengamat, kepada Discovery News,  lewat e-mail.    

Dari analisa Radford, pengamatan terhadap ukuran dan jarak pesawat luar angkasa ke kubah menunjukkan bahwa ukuran pesawat tak lebih besar daripada sebuah mobil limousine. "Tak berarti itu bukan pesawat luar angkasa, tapi fakta ini membuat Anda bertanya-tanya," kata Radford.

Hal lain yang memperkuat keraguannya, kata Radford, cahaya benda langit itu sepertinya tidak terefleksikan oleh kubah. Padahal, kubah tersebut berpelat emas, "Mestinya kubah itu sangat reflektif." (hs)

• VIVAnews

Sunday 23 January 2011

Penguasaan Kosakata

Peningkatan Penguasaan Kosakata
dengan Metode Beryanyi

by: Bagus Samadi

A.    Latar Belakang
Upaya untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas merupakan tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang semakin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan professional pada bidangnya masing-masing. Pendidikan ialah pengaruh bimbingan dan arahan dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang.
Di dalam pendidikan terdapat proses belajar-mengajar. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecakan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Untuk memecahkan persoalan tersebut, maka diperlukan strategi-strategi dalam pembelajaran. Dalam hal ini strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa yang mempengaruhi apa yang dipelajari termasuk proses memori dan metakognitif. Menurut Michel Pressle (Nur, 2000:7), bahwa strategi-strategi belajar ialah operator-operator kognitif meliputi dan di atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas belajar. Strategi-strategi tersebut merupakan strategi-strategi yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu.
Semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Struktur tugas mengacu pada jenis-jenis tugas kognitif dan sosial yang memerlukan model pengajaran dan pelajaran yang berbeda. Struktur tujuan mengacu pada tingkat koperasi dan kompetensi yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan. Struktur penghargaan meningkatkan nilai dalam bidang akademik. (Nur, 2000:23). Jadi dapat disimpulkan bahwa tugas ialah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian yang berbentuk serangkaian soal/instrument yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut. Prestasi atau tingkah laku tersebut dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan intruksional pembelajaran atau tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi yang telah diberikan dalam proses pembelajaran, dan dapat pula menunjukkan kedudukan siswa yang bersangkutan dalam kelompoknya.
Selain model pembelajaran yang diperlukan, maka dalam pemilihan metode pembelajaran bahaasa Indonesia juga sangat diperlukan. Kecenderungan guru mengajar di kelas dengan metode yang sudah dikuasainya, sebab berdasarkan pengalaman mengajar akan terbentuk suatu pola mengajar tertentu yang dipandang paling efektif dan efisien, walaupun sudah menemukan pola metode yang dianggap sesuai. Namun proses pencarian pola tersebut tidak boleh berhenti sebab ada kemungkinan terdapat metode yang lebih baik.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam era yang semakin mengglobal ini, tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan dalam berbahasa asing, terutama bahasa Indonesia sangat penting. Namun demikian tidak sedikit siswa yang prestasi belajar bahasa Indonesianya belum memadai, hal ini disebabkan adanya kendala-kendala dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia di sekolah-sekolah.
Kemampuan guru seringkali kurang memadai untuk memenuhi tuntutan siswa terutama siswa-siswa yang punya kemampuan tinggi dalam berbahasa dan punya sarana belajar yang lebih canggih dari pada gurunya sendiri. Sistim belajar mengajar sering bersifat monoton, kurang variasi dan kurang menarik sehingga siswa menjadi bosan, tidak tertarik untuk belajar. Di kelas, siswa seringkali hanya diberi teori-teori, kaidah-kaidah dan hukum-hukum bahasa, bukannya aplikasi kaidah-kaidah dan hukum-hukum itu dalam penggunaan praktisnya sehingga siswa tidak merasakan manfaatnya belajar bahasa Indonesia.
Seperti diketahui belajar bahasa itu mencakup 4 aspek yaitu: mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Dari ke empat aspek bahasa itu, pada umumnya membaca kurang disenangi siswa, lebih-lebih, ketika topiknya tidak menarik minat siswa, hal ini terlihat pada saat siswa mengerjakan ulangan, mereka cenderung mengerjakan soal-soal yang lain terlebih dahulu ketimbang soal-soal mengenai pemahaman isi wacana (reading comprehension), sebab ada banyak siswa yang tidak memiliki penguasaan kosa kata bahasa Indonesia yang cukup untuk memahami isi wacana tersebut. Berdasarkan pengalaman lapangan ini, muncul ke permukaan suatu pemikiran bahwa penguasaan kosa kata berbahasa Indonesia siswa berpengaruh pada kemampuan siswa memahami isi wacana bahasa Indonesia. Untuk menguji pemikiran ini peneliti melakukan suatu penelitian survei di sekolah, untuk mengetahui apakah penguasaan kosa kata berbahasa Indonesia berhubungan secara signifikan dengan kemampuan membaca bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar membutuhkan berbagai macam metode pengajaran, maka pada penelitian ini peneliti mencoba untuk meneliti peningkatan penguasaan kosakata dengan menggunakan metode menyanyi, mengingat menyanyi merupakan hal yang menyenangkan maka peneliti berkesimpulan bahwa dengan pelasanaan pembelajar dengan menggunakan metode menyanyi ini dapat meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata siswa khususnya pada pembelajaran bahasa Indonesia.
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi guru, siswa dan orangorang yang berhubungan dengan dunia pendidikan bahasa Indonesia agar pembelajaran kosa kata bahasa Indonesia pada siswa ditingkatkan kualitas pembelajarannya. \
B.        Hakikat Membaca

Peningkatan ialah proses, perbuatan, cara meningkatkan (KBBI 1997: 1060). Walaupun kini telah banyak sarana-sarana informasi untuk menambah pengetahuan , seperti misalnya radio, televisi dan internet, membaca masih merupakan hal penting untuk membuka jendela informasi, lagi pula dalam internet sarana informasi yang tercanggih saat ini, kemampuan membaca yang tinggi tetap dituntut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ; membaca ialah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya di hati. Kamus Webster mendefinisikan membaca; To read is to understand and grasp the full sense of (such mental formulation) either with or without vocal reproduction. The World Book Encyclopedia menyatakan bahwa : Reading is the act of getting meaning from printed or written words. It is basic to learning and one of the most important skills in everyday life. Secara sederhana pengertian membaca ialah mengenali huruf-huruf dan kumpulan huruf yang memiliki arti tertentu yang mengekspresikan ide secara tertulis atau tercetak.
  1. Pengertian Kosa Kata
Dalam Kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan kosa kata berarti perbendaharaan kata (1997: 2012). Kosa kata atau perbendaharaan kata ialah jumlah seluruh kata dalam suatu bahasa; juga kemampuan kata-kata yang diketahui dan digunakan seseorang dalam berbicara dan menulis. Kosa kata dari suatu bahasa itu selalu mengalami perubahan dan berkembang karena kehidupan yang semakin kompleks. Jumlah yang tepat mengenai kosa kata dalam bahasa Inggris sampai saat ini tidak dapat dipastikan, namun perkiraan yang dapat dipercaya menyebutkan sekitar 1 juta. Berdasarkan definisi di atas, jelas bahwa penguasaan kosa kata yang cukup penting untuk dapat belajar bahasa dengan baik. Lagi pula berbicara mengenai bahasa maka hal itu tidak bisa terlepas dari kosa kata. Kosa kata ialah kata-kata yang dipahami orang baik maknanya maupun penggunaannya. Berapa banyak kosa kata yang harus dipunyai seseorang ? Seorang harus mempunyai kosa kata yang cukup untuk dapat memahami apa yang dibaca dan didengar, bisa berbicara dan menulis dengan kata yang tepat sehingga bisa dipahami oleh orang lain.
Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung kepada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimiliki, maka semakin besar pula kemungkinan seseorang terampil berbahasa. Perlu disadari dan dipahami benar-benar bahwa kenaikan kelas para siswa di sekolah ditentukan oleh kualitas keterampilan berbahasa mereka. Kenaikan kelas itu berarti pula merupakan suatu jaminan akan peningkatan kuantitas dan kualitas kosakata mereka dalam segala bidang studi yang mereka peroleh sesuai dengan kurikulum. Banyak orang yang kurang menyadari bahwa nilai yang tertera pada rapor siswa merupakan cermin akan kualitas dan kuantitas kosakata siswa. Baik atau buruk nilai rapor itu mencerminkan baik atau tidaknya keterampilan berbahasa  mereka.
Kalau masalah ini di perhatikan dengan benar-benar, maka dapat  dimengerti betapa pentingnya pembelajaran kosakata yang bersistem di sekolah-sekolah sedini mungkin. Kuantitas dan kualitas kosakata seseorang siswa turut menentukan keberhasilan dalam kehidupan. Kualitas dan kuantitas, tingkatan dan kedalaman kosakata sesorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya.
Perkembangan kosakata ialah merupakan perkembangan konseptual,  merupakan suatu tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah atau perguruan. Semua pendidikan pada prinsipnya ialah perkembangan kosakata yang juga merupakan perkembangan konseptual. Suatu program yang sistematis bagi perkembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan, bawaan, dan status sosial serta fator-faktor geografis. Seperti halnya dalam proses membaca yang membimbing siswa dari yang telah diketahui menuju ke arah yang belum atau tidak diketahui. Oleh karena itu, telaah kosakata yang efektif haruslah beranjak dengan arah yang sama atau tidak diketahui (Tarigan, 1986:2 ). Jadi jelaslah bahwa bertambahnya kosakata pada diri seseorang itu seiring dengan perkembangan umur dan pengalaman seseorang. Sebagai contohnya manusia saat baru lahir yang belum mampu untuk berbicara, namun seiring dengan perkembangan jiwa dan umurnya, maka sang bayi akan mampu menilai sesuatu dengan kata serta mampu mengapresiasikan kehendaknya dengan bahasa dan ungkapan-ungkapan.
Sudah jelas bahwa uraian di atas mencerminkan hakikat pembelajaran bahasa, yaitu siswa mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Untuk mencapai hal itu siswa perlu dibekali kemampuan penguasaan kosakata yang memadai. Sebab kalau tidak demikian maka siswa tidak dapat berkomunikasi secara optimal. Sesuai hakikatnya pembelajaran bahasa, pembelajaran kosakata tidak diajar kata-kata lepas atau kalimat-kalimat lepas, tetapi terlibat dalam konteks wacana, berkaitan dengan mata pelajaran dan berkaitan pula dengan bidang-bidang tertentu.
Metode pembelajaran tidak disajikan secara khusus dalam GBPP. Hal ini dimaksudkan agar dapat memiliki metode yang dianggap tepat, sesuai dengan tujuan, bahan dan keadaan siswa. Untuk menghindari kejenuhan disarankan agar guru menggunakan metode yang beragam. Kegiatan bisa dilakukan di dalam atau di luar kelas dengan tugas yang beragam, berpasangan, berkelompok, atau seluruh kelas (Depdikbud, 2003:6). Ada banyak metode belajar mengajar yang bisa digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Semua metode itu dapat diterapkan guru dalam melaksanakan belajar siswa aktif yang menganut pendekatan proses.
Metode-metode itu pasang surut silih berganti, sesuai dengan perubahan-perubahan dalam pendangan-pandangan linguistik dan psikolog dan juga faktor-faktor lain. Meskipun sudah banyak penelitian dan eksperimen yang diadakan metode-metode mana yang paling efektif, tetapi masih sangat sulit untuk membuktikan secara ilmiah metode mana yang terbaik. Oleh karena pertimbangan ini, pendekatan elektrik pada metode pengajaran bahasa mungkin suatu pendekatan yang paling baik untuk guru bahasa selama guru belum mengetahui dengan pasti teori-teori lingustik dan psikologi mana yang dapat memberi jawaban dengan atas pertnyaan-pertanyaan mengenai efektivitas metode-metode pengajaran bahasa.
Uraian dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru mendapat suatu kesempatan untuk memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Dengan demikian, guru tidak terpaku pada satu metode saja.
  1. Seni Musik dan Metode Bernyanyi
a.       Pengertian Seni Musik
Menurut Jamalus ( 1988:1) seni musik adalah suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik, yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Lagu atau komposisi musik baru itu merupakan hasil karya seni jika diperdengarkan dengan menggunakan suara ( nyanyian ) atau dengan alat-alat musik.
Pendapat ini ditunjang oleh Jamalus (1998:65) yang mengatakan bahwa: “musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan”.
Menurut Wijaya (2006:3), “dalam bahasa Sanskerta kata seni disebut clipa. Sebagai kata sifat, clipa berarti berwarna, dan juga berarti bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda clipa berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kriteria yang artistik”.Selanjutnya Edy (2005:9) menyimpulkan bahwa “
Seni musik adalah perwujudan/manifestasi dari kehidupan cipta, rasa dan karsa seseorang dalam bentuk suara dan irama yang memuaskan. Di dalam seni musik suara merupakan hal yang penting, sebab keberhasilan cipta seni musik terletak pada vokal di samping irama, melodi, syair dan instrumen.

Dengan musik orang dapat menyatakan ungkapan perasaan prilakunya. Meskipun tanggapan terhadap ungkapan perasaan melalui musik ini akan berbeda bagi setiap orang. Hal ini tergantung kepada pengalaman tingkat pengenalan dan pengertian orang itu terhadap unsur-unsur musik yang membentuk komposisi musik atau lagu itu. Pembelajaran musik di Sekolah  Dasar diberikan secara bertahap yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak Sekolah Dasar. Pembelajaran musik itu harus diberikan sedemikian rupa sehingga anak dapat merasakan bahwa musik itu adalah sumber rasa keindahan
b.      Pengertian Bernyanyi
Menurut Jamalus (1988:46) kegiatan bernyanyi adalah merupakan kegiatan dimana kita mengeluarkan suara secara beraturan dan berirama baik diiringi oleh iringan musik ataupun tanpa iringan musik. Bernyanyi berbeda dengan berbicara bernyanyi memerlukan teknik-teknik tertentu sedangkan berbicara tanpa perlu menggunakan teknik tertentu. Bagi anak kegiatan bernyanyi adalah kegiatan yang menyenangkan bagi mereka, dan pengalaman bernyanyi ini memberikan kepuasan kepadanya. Bernyanyi juga merupakan alat bagi anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
c.       Kemampuan Siswa dalam Bernyanyi
Secara umum kemampuan anak-anak bernyanyi dapat dibagi atas lima macam yaitu sebagai berikut.
1)      Mereka yang dapat bernyanyi tanpa bantuan. Yang termasuk
golongan ini adalah murid – murid yang dapat menyanyikan nada dengan tepat dan tetap, serta mau dan mampu bernyanyi sendiri.
2)      Mereka yang dapat bernyanyi dengan bantuan. Ialah mereka yang
belajar bernyanyi secepat murid macam pertama yang telah disebutkan jika bernyanyi bersama-sama.
3)      Mereka yang memulai atau mengakhiri lagu tidak tepat. Mereka
dapat bernyanyi dengan tinggi nada yang benar tetapi pada saat yang salah.
4)      Mereka yang bernyanyi dalam oktaf yang salah. Mereka cenderung
menyanyikan melodi dengan nada satu oktaf lebih rendah dari tinggi nada yang sudah ditentukan.
5)      Mereka yang bernyanyi kurang tepat dengan oktaf yang salah.
Murid-murid ini menghadapi dua masalah. Yang pertama mereka memulai atau mengakhiri lagu tidak pada waktu yang tepat, yang kedua mereka cenderung menggunakan suara rendah.

d.      Komponen Metode Bernyanyi
Nababan (1993:44) menyatakan bahwa komponen-komponen metode bernyanyi secara garis besarnya terdiri dari.
1.   Data
Guru yang akan menyajikan bahan palajaran, baik berupa lisan maupun tulisan dengan menggunakan metode Bernyanyi ini harus terlebih dahulu mengolah bahan yang dimaksud agar sesuai dengan bahan sajian untuk metode Bernyanyi.
3.   Penyajian masalah
Penyajian masalah terhadap siswa merupakan kata pengantar tujuan pelajaran dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa.
4.   Kegiatan siswa
Siswa diberi kesempatan menghayati data, melakukan proses mental dalam waktu tertentu sesuai dengan bahan dan waktu yang tersedia. Kegiatan siswa sebaiknya diarahkan pada pencapaian perumusan Bernyanyi-Bernyanyi dan aplikasinya. Hal ini berarti siswa dituntut untuk dapat mengkaji masalah yang ada sedalam-dalamnya.
5.   Kegiatan guru
Pada saat siswa melakukan siswa kegiatan bernyanyi, guru hendaknya mengamati, mendengarkan pembicaraan antar siswa, dan sekali-kali bertanya kepada siswa untuk membimbingnya ke arah Bernyanyi serta penarikan kesimpulan Bernyanyi. Guru harus dapat memotivasi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengarahkan.

6.   Penyelidikan Bernyanyi siswa
Setelah kegiatan mencapai hasil dalam bentuk kesimpulan Bernyanyi awal, guru menyuruh siswa untuk mengemukakan hasil Bernyanyinya di kelas. Siswa lainnya memperhatikan, mengamati, dan bertanya jika perlu.
7.   Latihan siswa
Latihan siswa merupakan suatu bentuk variasi lain untuk menyelidiki hasil Bernyanyi siswa. Mungkin saja guru tidak menuntut perumusan yang telah dikemukakan siswa, tetapi langsung menyodorkan latihan-latihan sebagai upaya mengaplikasikan kaidah, aturan, hukum, dari data yang telah diolah siswa.
e.       Kelebihan dan kekurangan Metode Bernyanyi
1.      Kelebihan Metode Bernyanyi
Penggunaan metode Bernyanyi ini, guru berusaha meningkatkan aktivitas dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, metode ini memiliki keunggulan sebagai berikut.
1.      Metode ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengenalan siswa.
2.      Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi atau individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3.      Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
4.      Metode ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
5.      Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
6.      Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses bernyanyi sendiri. (Masykur, Kadim. 2004:69)
2.      Kekurangan Metode Bernyanyi
Walaupun demikian, metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan di antaranya sebagai berikut.
1.      Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
2.      Apabila  kelas terlalu besar, penggunaan metode ini akan kurang berhasil.
3.      Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional, mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan metode Bernyanyi.
4.      Dengan metode ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan atau pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
5.      Metode ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir secara kreatif (Masykur, Kadim. 2004: 72).

Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru mengacu pada hasil yang hendak dicapai. Tidak ada tujuan yang lebih penting dalam proses belajar-mengajar kecuali mengusahakan agar perkembangan dan belajar siswa mencapai tingkat optimal (Arikunto,2002:274). Memilih dan menentukan strategi yang akan digunakan untuk pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, perlu dipertimbangkan kesesuaian jenis strategi itu dengan variabel-variabel penentunya. Suatu bentuk aktivitas pembelajaran, memiliki nilai strategis jika aktivitas tersebut relevan dengan karakteristik variabel penentunya. Strategi pembelajaran mana yang akan dipilih tidaklah ditentukan secara kebetulan, atau sambil lalu saja. Kita harus membuat pertimbangan secara hati-hati. Pertimbangan mana yang dapat digunakan hendaknya harus disesuaikan dengan kondisi siswa didik. Aspek-aspek tujuan pembelajaran yang akan dicapai masalah efisiensi yang bertalian dengan waktu yang dipilih oleh siswa, serta fasilitas dan peralatan yang akan digunakan.
Belajar dipandang sebagai proses dilihat pada saat pembelajaran guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman. Pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan yang diperhatikan ialah pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung, dan perubahan perkembangan tersebut dilihat dari 3 aspek.

a. Aspek kognitif.
 Menurut Piaget (1970 : 52), periode yang dimulai pada usia 8-12 tahun, yaitu yang lebih kurang sama dengan usia siswa SD-SMP, merupakan ‘period of formal’. pada usia ini, yang berkembang pada siswa ialah kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (mean ingfully) tanpa memerlukan objek yang kongkrit atau bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif.
Implikasinya dalam pengajaran bahasa Indonesia ialah bahwa belajar akan bermakna kalau input (materi pelajaran). Sesuai dengan minat dan bakat siswa. Pengajaran bahasa Indonesia akan berhasil kalau penyusun silabus dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik siswa sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal.
b. Aspek Psikomotorik
Aspek psikomotorik merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui oleh guru, aspek tersebut meliputi.
1) Tahap kognitif
 Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi karena siswa masih dalam taraf belajar untuk memgendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir sebelum melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini siswa sering membuat kesalahan dan kadang-kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi.


2) Tahap asosiatif.
Pada tahap ini seseorang siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarainya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotorik oleh karena itu, gerakan- gerakan pada tahap ini, belum merupakan gerakan yang sifatnya otomatis. Pada tahap ini, seorang siswa masih menggunakan pikirannya untuk melakukan suatu gerakan tetapi waktu yang diperlukan untuk berpikir lebih sedikit dibanding pada tingkat kognitif. Karena waktu yang diperlukan untuk berpikir lebih pendek, gerakannya sudah tidak kaku.
3) Tahap otonomi.
Pada tahap ini, seorang siswa telah mencapai tingkat autonomi yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap. Pada tahap ini, gerakan telah dilakukan secara spontan dan oleh karenanya gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajar untuk memikirkan untuk gerakan.
c. Aspek Afektif
Keberhasilan proses pengajaran bahasa Indonesia juga ditentukan oleh kemahaman tentang perkembangan aspek afektif siswa. Bloom dalam Darsono (36:2000) memberikan definisi tentang ranah afektif yang terdiri 5 tataran afektif yang aplikasinya pada siswa SD-SMP lebih kurang ialah (1) sadar akan situasi fenomena, masyarakat dan objek disekitar; (2) responsif terhadap stimulus yang ada dilingkungan mereka; (3) bisa menilai; (4) sudah mulai bisa mengorganisasikan nilai-nilai dalam suatu sistem, dan menentukan hubungan diantara nilai-nilai yang ada; (5) sudah mulai memiliki karakteristik dan mengetahui karakteristik tersebut dalam sistem nilai.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1982. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rieneka Cipta
Depdikbud. 2003. GBPP Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud
Depdikbud. 2003. Kurikulum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud
Depdikbud. 1955. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud
Hadi, Sutrisno. 1980. Metodologi Reseach. Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM.
Madya, Suwarsih. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta : Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Margono. Drs. 1993. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rosda Karya
Masykur, Kadim. 2004. Pembelajaran  Kooperatif  dalam Pembelajaran Sains. Malang: Universitas Negeri Malang
Moleong, Lexy J. 2002.Metodologi Penelitian Kwalitatif, Bandung :Remaja Rosda Karya,
Nur, Muhammad. 2000. Strategi-strategi Belajar. Surabaya : University Press.
N.K, Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Piaget. 1970. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Tarigan, Henri. 1986. Pengajaran kosakata. Bandung : Angkasa.
Utama, Nababan.1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia